MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
PERGAULAN BEBAS
Disusun Oleh:
Nama : Varina Larasati
NPM : 39410345
Kelas : 2-ID05
Program Studi : Teknik Industri
Jurusan : Teknik Industri
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011
KATA PENGANTAR
Assaalamualaikum. Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Ilmu Sosial Dasar yang berjudul Pergaulan Bebas. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman saya 2ID05 yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya terus mengharapkan bimbingan dari dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Harapan saya, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhirnya kata saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bekasi, 23 Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
1.2 Penyebab Keluarga Broken Home
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Bilamana anda menginginkan anak anda tidak menjadi pribadi yang broken home kiranya kedua orang mengerti akan tugas dan kedudukan dalam rumah tangga, ibu harus dirumah merawat, mendidik dan memberi arahan kepada anaknya, ayah bertugas mencari rejeki untuk mengidupi dan melindungi keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Keluarga Broken Home Pada Anak
Broken Home itu sendiri mempunyai efek samping yang negative terhadap sang anak, karna disini mereka menjadi korban dari perceraian kedua orang tua mereka, berikut beberapa efek negative yang diterima oleh anak dari keluarga broken home:
1. Perkembangan Emosi Anak
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak (Singgih,1995:166).
Adapun dampak pandangan kelurga broken home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993 : 42) adalah : Perceraian orang tua membuat terpramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi
Sedangkan menurut Hetherington (Save M.Degum 1999:197) “Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”. Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan Anak merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex Sobur, 1985:282)
Anak yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam Elida Priyitno. 2006 : 74) “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”. Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi Anak karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri anak merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2. Perkembangan Sosial Anak
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006 : 81) “Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat." Sedangkan willson Nadeeh (1993 : 42) menyatakan bahwa : Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dan dampak bagi Anak perempuan menurut Hethagton (dalam santrok 1996 : 2000) menyatakan bahwa : Anak perempuan yang tidak mempunyai ayah berprilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit. Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial anak karena dari keluarga anak menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
3. Perkembangan Kepribadian Anak
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian anak. Menurut Westima dan Haller (dalam Syamsyu Yusuf 2001 : 99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a. Berpilaku nakal
b. Mengalami depresi
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang
2.2 Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home
Seorang yang hidup dari keluarga yang broken home memiliki gangguan kejiwaan yang berbeda pada dari kebanyakan orang lain, berikut diantaranya:
1. Broken Heart : si pemuda merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si pemuda tersebut menjadi orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan irang, tertarik dengan isteri orang, atau suami orang dan lainnya
2. Broken Relation : si pemuda merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk si pemuda menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.
3. Broken Values : si pemuda kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.
Sikap negatif dalam menghadapi Broken Home
1. Denial: si pemuda sepertinya tidak menunjukan reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah, kenapa memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya . padahal justru di saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari orang lain yang dapat membimbing dalam kebenaran
2. Shame : si pemuda dibalik penyangkalannya merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.
3. Guilt : si pemuda merasa kecil hati karena jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian mereka; atau merasa “koq saya tidak dapat berbuat apa apa sih”.
4. Anger : sebagian pemuda lain akan merasa begitu kesal sebab menurut mereka banyak keributan orang tua yang tidak rasional. ”masa Cuma itu aja diributin tidak dewasa benar sih” .
5. Iini secure : si pemuda merasa kemana ia harus lari, keluarga sudah menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai.
Efek efek kehidupan seseorang broken home
1. Academic problem, seorang yang mengalami broken home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat berprestasi
2. Behavioural problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum minum, judi, lari ketempat pelacuran
3. Sexual problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu
4. Spritual problem, mereka kehilangan father’s figure sehingga Tuhan, pendeta, atau orang orang rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan
2.3 Tindakan Mengurangi Frustasi Akibat Broken Home
Perpecahan keluarga atau perceraian memang bukan masalah yang pantas untuk dialami siapapun. Tidak ada keluarga yang ingin berpisah. Tetapi, apa daya ketikapermasalahan di antara orang tua tidak dapat diselesaikan dengan kepala dingin, dan sebagai anak kamu harus menjadi korban dari pertikaian tersebut. Broken home pasti selalu meninggalkan luka bagi yang pernah mengalaminya. Terutama anak yang sama sekali tidak bersalah dalam permasalahan orang tua mereka.
Berikut beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi trauma akibat buruk perceraian, yaitu:
Berpikiran Terbuka dan Positif. Tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan dan keterpurukan. Orang tua cerai karena demi kebaikan mereka berdua. Walaupun terdengar egois, tetapi bukan berarti pelampiasan kekecewaan kamu kepada mereka dengan merusak diri kamu sendiri. Walaupun orang tuamu berpisah tetapi kamu akan tetap memperoleh kasih sayang yang sama dari keduanya.
Jangan Pikul Beban Itu! Apakah kehancuran keluarga harus menjadi masalah remaja yang wajib dipikul? Jawabannya tentu tidak. Broken home memang membuat kamu tidak utuh tapi juga bukan berarti menghancurkan kamu. Banyak remaja yang tidak dapat bangkit setelah diterpa badai perceraian. Mereka kehilangan arah hidup dan semangat untuk meraih kebahagiaan masa depan. Ambillah hikmah dari perpisahan orang tua agar di masa depan kamu tidak perlu mengalami hal yang sama.
Jangan Mengatasi Masalah Dengan Masalah. Hilangkan pikiran bodoh yang melankolis yang terus membayang-bayangi kehidupanmu. Broken homemerupakan trauma berat. Tapi hanya jiwa-jiwa yang tangguh dan optimis yang mampu mengantisipasinya. Tidak perlu menceburkan diri kepada masalah remaja yang lain untuk melupakannya. Seperti narkoba, minuman keras, kenakalan remaja, atau pergaulan bebas. Karena semua itu tidak akan menyelesaikan masalah tetapi malah membuatmu semakin terpuruk.
Hadapi Permasalahan. Hadapilah perceraian itu dengan gagah berani. Hanya dengan berani menghadapinya maka kamu akan dapat melaluinya dan akhirnya mampu memulai lembaran baru dalam kehidupanmu. Orang tua cerai bukan mengharapkan anaknya tercerai berai pula. Maafkanlah orang tua apabila kamu kecewa dengan sikap mereka. Setiap manusia pernah melakukan khilaf dalam hidup. Manusia yang mudah memberi maaf akan menjadi manusia yang kuat dalam menghadapi badai masalah apapun jenisnya. Maka, jadilah pemaaf!
Kejar impian dan cita-citamu. Khalil Gibran berujar, bahwa orang tua bukanlah pemilik dari anak-anak mereka sehingga tidak bisa menentukan masa depannya kecuali anak itu sendiri. Jadi, ketika broken home terjadi, maka semangat untuk mengejar mimpi dan mewujudkan cita-cita tidak perlu ikut hancur dalam dirimu. Tetap berjuanglah untuk menggapai harapan-harapanmu, jangan jadikan perceraian sebagai kendala. Tetaplah semangat!
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.
Kita tidak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak menginginkannya. Tidak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat, kita juga harus bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak tidak akan mau mengalaminya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Broken Home merupakan sebuah fenomena yang lazim pada sekarang ini, anak-anak dari keluarga broken home banyak yang menjadi depresi dan frustasi akibat perceraian kedua orang tuanya. Hal negative terhadap sang anak sebenarnya bisa dikuarnagi apabila kedua orang tua peduli terhadap perkembangan anaknya. Apabila mereka bertengkar jangan dilakukan didepan sang anak karena dapat menggangu psikolgis dari anak itu sendiri.
3.2 Saran
Pada dasarnya semua kembali kepada masing-masing pribadi dalam menyelesaikan permasalahan, apabila rumah tangga dirasa kurang harmonis apakah masih ada tindakan lain selain mengambil keputusan bercerai. Sikap saling pengertian dan saling menghargai merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seorang pasangan.
0 comments:
Posting Komentar