MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
BROKEN HOME
(KERETAKAN
RUMAH TANGGA)
Disusun
Oleh:
Nama
: Varina
Larasati
NPM :
39410345
Kelas :
2-ID05
Program Studi : Teknik Industri
Jurusan : Teknik Industri
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011
KATA
PENGANTAR
Assaalamualaikum. Wr.Wb
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan
tugas Makalah Ilmu Sosial Dasar yang berjudul Broken Home Tidak lupa saya
sampaikan terima kasih kepada teman-teman saya 2ID05 yang telah banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya terus mengharapkan
bimbingan dari dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Harapan saya,
semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhirnya kata
saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bekasi, 23 Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Broken Home
Broken
Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari
orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan
susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar
hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk
berprestasi.
Broken
home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap
seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran
dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari simpati pada
teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam
ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar
dan mau berprestasi.
1.2 Penyebab
Keluarga Broken Home
Pada umumnya
penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari
nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita
karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam
menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu
sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi
dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul
dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh
bagi perkembangan mental anak.
Bilamana anda
menginginkan anak anda tidak menjadi pribadi yang broken home kiranya kedua
orang mengerti akan tugas dan kedudukan dalam rumah tangga, ibu harus dirumah
merawat, mendidik dan memberi arahan kepada anaknya, ayah bertugas mencari
rejeki untuk mengidupi dan melindungi keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Keluarga Broken Home Pada Anak
Broken Home itu sendiri mempunyai efek samping yang negative
terhadap sang anak, karna disini mereka menjadi korban dari perceraian kedua
orang tua mereka, berikut beberapa efek negative yang diterima oleh anak dari
keluarga broken home:
1. Perkembangan Emosi Anak
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi
merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu
penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak (Singgih,1995:166).
Adapun dampak pandangan kelurga broken home terhadap
perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993 : 42) adalah : Perceraian
orang tua membuat terpramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas
dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi
agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri
dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi
Sedangkan menurut Hetherington (Save M.Degum 1999:197)
“Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”. Ketidak
berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami
oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan Anak merasa bahwa
dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex Sobur,
1985:282)
Anak yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi
marahnya akan mudah terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam
Elida Priyitno. 2006 : 74) “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang
harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”. Jadi
keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi Anak karena keluarga yang
tidak harmonis menyebabkan dalam diri anak merasa tidak nyaman dan kurang
bahagia.
2. Perkembangan Sosial Anak
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006 : 81) “Tingkah laku
sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam
kelompok atau masyarakat." Sedangkan
willson Nadeeh (1993 : 42) menyatakan bahwa : Anak sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari
diri anak tersebut.
Dan dampak bagi Anak perempuan menurut Hethagton (dalam
santrok 1996 : 2000) menyatakan bahwa : Anak perempuan yang tidak mempunyai
ayah berprilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka
sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif,
agresif dan genit. Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada
perkembangan sosial anak karena dari keluarga anak menampilkan bagaimana cara
bergaul dengan teman dan masyarakat.
3. Perkembangan Kepribadian Anak
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap
perkembangan kepribadian anak. Menurut Westima dan Haller (dalam Syamsyu Yusuf
2001 : 99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan
ciri-ciri :
a.
Berpilaku nakal
b.
Mengalami depresi
c.
Melakukan hubungan seksual secara aktif
d.
Kecenderungan pada obat-obat terlarang
2.2 Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home
Seorang yang hidup dari keluarga yang broken home memiliki
gangguan kejiwaan yang berbeda pada dari kebanyakan orang lain, berikut
diantaranya:
1. Broken Heart : si
pemuda merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia
sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si pemuda tersebut menjadi
orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual.
Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan irang, tertarik dengan
isteri orang, atau suami orang dan lainnya
2. Broken Relation : si pemuda merasa bahwa tidak
ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta
tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk si pemuda
menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian,
kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.
3. Broken Values : si
pemuda kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak
ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang
”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa
yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.
Sikap negatif dalam menghadapi Broken Home
1. Denial: si pemuda sepertinya tidak menunjukan
reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah,
kenapa memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya . padahal justru di
saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari orang lain yang
dapat membimbing dalam kebenaran
2. Shame : si pemuda dibalik penyangkalannya
merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan
khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.
3. Guilt : si pemuda merasa kecil hati karena
jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian
mereka; atau merasa “koq saya tidak dapat berbuat apa apa sih”.
4. Anger : sebagian pemuda lain akan merasa
begitu kesal sebab menurut mereka banyak keributan orang tua yang tidak
rasional. ”masa Cuma itu aja diributin tidak dewasa benar sih” .
5. Iini secure : si pemuda merasa kemana ia harus
lari, keluarga sudah menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai.
Efek efek kehidupan seseorang broken home
1. Academic problem, seorang yang mengalami
broken home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat
berprestasi
2. Behavioural problem, mereka mulai memberontak,
kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum
minum, judi, lari ketempat pelacuran
3. Sexual problem, krisis kasih mau coba ditutupi
dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu
4. Spritual problem,
mereka kehilangan father’s figure sehingga Tuhan, pendeta, atau orang orang
rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan
2.3 Tindakan Mengurangi Frustasi Akibat Broken
Home
Perpecahan keluarga atau perceraian memang bukan masalah yang
pantas untuk dialami siapapun. Tidak ada keluarga yang ingin berpisah. Tetapi,
apa daya ketikapermasalahan di antara orang tua tidak dapat diselesaikan dengan
kepala dingin, dan sebagai anak kamu harus menjadi korban dari pertikaian
tersebut. Broken home pasti selalu meninggalkan luka bagi yang pernah
mengalaminya. Terutama anak yang sama sekali tidak bersalah dalam permasalahan
orang tua mereka.
Berikut beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi trauma
akibat buruk perceraian, yaitu:
Berpikiran
Terbuka dan Positif. Tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan dan
keterpurukan. Orang tua cerai karena demi kebaikan mereka berdua. Walaupun
terdengar egois, tetapi bukan berarti pelampiasan kekecewaan kamu kepada mereka
dengan merusak diri kamu sendiri. Walaupun orang tuamu berpisah tetapi kamu
akan tetap memperoleh kasih sayang yang sama dari keduanya.
Jangan
Pikul Beban Itu! Apakah kehancuran keluarga harus menjadi masalah remaja yang
wajib dipikul? Jawabannya tentu tidak. Broken home memang membuat kamu tidak
utuh tapi juga bukan berarti menghancurkan kamu. Banyak remaja yang tidak dapat
bangkit setelah diterpa badai perceraian. Mereka kehilangan arah hidup dan
semangat untuk meraih kebahagiaan masa depan. Ambillah hikmah dari perpisahan
orang tua agar di masa depan kamu tidak perlu mengalami hal yang sama.
Jangan
Mengatasi Masalah Dengan Masalah. Hilangkan pikiran bodoh yang melankolis yang
terus membayang-bayangi kehidupanmu. Broken homemerupakan trauma berat. Tapi
hanya jiwa-jiwa yang tangguh dan optimis yang mampu mengantisipasinya. Tidak
perlu menceburkan diri kepada masalah remaja yang lain untuk melupakannya.
Seperti narkoba, minuman keras, kenakalan remaja, atau pergaulan bebas. Karena
semua itu tidak akan menyelesaikan masalah tetapi malah membuatmu semakin
terpuruk.
Hadapi
Permasalahan. Hadapilah perceraian itu dengan gagah berani. Hanya dengan berani
menghadapinya maka kamu akan dapat melaluinya dan akhirnya mampu memulai
lembaran baru dalam kehidupanmu. Orang tua cerai bukan mengharapkan anaknya
tercerai berai pula. Maafkanlah orang tua apabila kamu kecewa dengan sikap
mereka. Setiap manusia pernah melakukan khilaf dalam hidup. Manusia yang mudah
memberi maaf akan menjadi manusia yang kuat dalam menghadapi badai masalah
apapun jenisnya. Maka, jadilah pemaaf!
Kejar
impian dan cita-citamu. Khalil Gibran berujar, bahwa orang tua bukanlah pemilik
dari anak-anak mereka sehingga tidak bisa menentukan masa depannya kecuali anak
itu sendiri. Jadi, ketika broken home terjadi, maka semangat untuk mengejar
mimpi dan mewujudkan cita-cita tidak perlu ikut hancur dalam dirimu. Tetap
berjuanglah untuk menggapai harapan-harapanmu, jangan jadikan perceraian
sebagai kendala. Tetaplah semangat!
Tidak
ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat
membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru,
seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang
dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.
Kita
tidak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak
menginginkannya. Tidak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya.
Walaupun berat, kita juga harus bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa yang
mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak tidak akan mau
mengalaminya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Broken
Home merupakan sebuah fenomena yang lazim pada sekarang ini, anak-anak dari
keluarga broken home banyak yang menjadi depresi dan frustasi akibat perceraian
kedua orang tuanya. Hal negative terhadap sang anak sebenarnya bisa dikuarnagi
apabila kedua orang tua peduli terhadap perkembangan anaknya. Apabila mereka
bertengkar jangan dilakukan didepan sang anak karena dapat menggangu psikolgis
dari anak itu sendiri.
3.2 Saran
Pada
dasarnya semua kembali kepada masing-masing pribadi dalam menyelesaikan
permasalahan, apabila rumah tangga dirasa kurang harmonis apakah masih ada
tindakan lain selain mengambil keputusan bercerai. Sikap saling pengertian dan
saling menghargai merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seorang
pasangan.
0 comments:
Posting Komentar