Jumat, 05 Oktober 2012

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR - KEMISKINAN


MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
KEMISKINAN




Disusun Oleh:

Nama                       :   Varina Larasati
NPM                        :  39410345
Kelas                        :  2-ID05
             Program Studi         :  Teknik Industri
             Jurusan                    :  Teknik Industri




UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011
 

KATA PENGANTAR

Assaalamualaikum. Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Ilmu Sosial Dasar yang berjudul Kemiskinan. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman saya 2ID05 yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari  bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya terus mengharapkan bimbingan dari dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Harapan saya, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya. Akhirnya kata saya ucapkan terima kasih.

                    Wassalamualaikum Wr.Wb 
Bekasi, 11 November 2011

      Penulis






BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Definisi Kemiskinan
Kemisikinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
1.2  Masalah Kemiskinan di Indonesia
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam dan Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan berbagai indikator utama pembangunan sosial dibandingkan dengan negaranegara Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia, misalnya,
dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih tinggi dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi. Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam menurunkan tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil mengurangi efek dari krisis.

1.3  Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan bukan merupakan sesuatu hal yang menjadi aib bagi diri sendir atau keluarga, kemiskinan itu sendiri bisa terjadi karna sesuatu hal, dan kemiskinan seringkali dihubung-hubungkan dengan:
1.       Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin yang berupa kekurangmampuan dalam hal fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan, dalam hal intelektual misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi, dalam hal mental emosional misalnya malas, mudah menyerah, putus asa temperamental, dalam hal spritual misalnya tidak jujur, penipu, serakah, tidak disiplin, dalam hal sosial psikologis misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/ stres, kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan, dalam hal ketrampilan misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja, dalam hal asset misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2.       Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
3.       Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
4.       Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
5.       Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial yang termasuk didalamnya Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata,  Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin,  Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Kemiskinan itu sendiri terkadang memiliki berbagai macam cara pemahaman yang berbeda, sedangkan pandangan orang terhadap kemiskinan itu seperti apa gambaranny adalah sebagai berikut:
1.       Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.       Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3.       Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
2.2  Indikator Kemiskinan
Untuk pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin maka diperlukan indikator yang lebih merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya di masyarakat. Indikator untuk menentukan fakir miskin tersebut ialah :
1.      Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/ kota.
2.      Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/ beras untuk miskin/ santunan sosial).
3.      Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap perorang pertahun).
4.      Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
5.      Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya.
6.      Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.
7.      Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.
8.      Ada anggota keluarga usia 15 tahun keatas yang buta huruf.
9.      Tinggal dirumah yang tidak layak huni.
10.  Luas rumah kurang dari 4 meter persegi.
11.  Kesulitan air bersih.
12.  Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.
13.  Sanitasi lingkungan yang kumuh (tidak sehat).
Indikator tersebut sifatnya multidimensi, artinya setiap keluarga fakir miskin dapat berbeda tingkat kedalaman kemiskinannya. Semakin banyak kriteria yang terpenuhi semakin fakir keluarga tersebut dan harus diprioritaskan penanganannya.

2.3 Tindakan Mengurangi Kemiskinan
A.   Tindakan Pemerintah Mengurangi Kemiskinan
Pemerintah pun sebenarnya tak hanya berpangku tangan saja melihat angka kemiskinan di Indonesia yang semakin tinggi, ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan untuk menguranginya adalah sebagai berikut:
1.       Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin (Bantuan Langsung Tunai). Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
2.       Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
3.       Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

B.   Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
       Di samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan).
Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang dari sisi fiscal yang ada di Indonesia saat kini.

2.3  Kemiskinan Indonesia di Mata Dunia International
Pemerintah Kerajaan Belanda berbeda dalam memperhitungkan angka kemiskinan di Indonesia. Menurut negara yang pernah menjajah Indonesia tiga setengah abad itu, penduduk miskin Indonesia berjumlah 100 juta orang. 
Dalam memajukan perekonomian dan mengurangi angka kemiskinan di Indonesia  Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) juga mengulurkan tangannya terhadap Indonesia. Sebanyak USD13,5 juta atau sekira Rp117,5 miliar (Rp8,720 per dolar) diberikan oleh USAID kepada Indonesia untuk mengurangi angka kemiskinan. Bantuan itu juga ditujukan untuk meningkatkan ketenagakerjaan, produksi pertanian dan memajukan tautan-tautan pasar melalui berbagai kerja sama.
Amerika Serikat mendanai suatu program bioteknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman panen terhadap penyakit. Pemerintah AS juga bekerja sama dengan Indonesia untuk memperkuat regulasi pasar. Perekonomian memang menjadi salah satu sektor yang signifikan di sebuah negara. Meski AS saat ini tengah dilanda krisis, USAID tetap mengucurkan bantuannya ke Indonesia.

2.4  Negara Termiskin dan Terkaya di Dunia
A.    Daftar Negara Termisikin di Dunia
Termiskin disini dinilai dari jumlah GDP (Gross Domestic Product). Di bawah ini adalah daftar 100 negara termiskin di dunia (dihitung berdasarkan US Dollar):

1 Zimbabwe $200
2 
Congo, Democratic Republic of the $300
3 Burundi $400
4 Liberia $500
5 Guinea-Bissau $600
6 Somalia $600
7 
Central African Republic $700
8 Eritrea $700
9 Niger $700
10 
Sierra Leone $700
11 Afghanistan $800
12 Ethiopia $800
13 Malawi $800
14 Mozambique $900
15 Rwanda $900
16 Togo $900
17 Nepal $1,000
18 Comoros $1,100
19 Guinea $1,100
20 Madagascar $1,100
21 Uganda $1,100
22 Burma $1,200
23 
Gambia, The $1,200
24 Mali $1,200
25 Burkina Faso $1,300
26 Haiti $1,400
27 
Sao Tome and Principe $1,400
28 Tanzania $1,400
29 Bangladesh $1,500
30 Benin $1,500
31 Ghana $1,500
32 Zambia $1,500
33 Chad $1,600
34 Lesotho $1,600
35 Tuvalu $1,600
36 Cote d’Ivoire $1,700
37 Kenya $1,800
38 
Korea, North $1,800
39 Senegal $1,800
40 Tajikistan $1,800
41 Mauritania $1,900
42 Solomon Islands $1,900
43 Cambodia $2,100
44 Laos $2,100
45 Kyrgyzstan $2,200
46 Nigeria $2,200
47 Sudan $2,200
48 Kosovo $2,300
49 
Micronesia, Federated States of $2,300
50 Papua New Guinea $2,300
51 Cameroon $2,400
52 Moldova $2,500
53 Timor-Leste $2,500
54 Pakistan $2,600
55 Yemen $2,600
56 Uzbekistan $2,700
57 India $2,900
58 Marshall Islands $2,900
59 Vietnam $2,900
60 Nicaragua $3,000
61 Mongolia $3,300
62 Philippines $3,400
63 Fiji $3,700
64 Honduras $3,700
65 Kiribati $3,700
66 
Congo, Republic of the $3,800
67 Djibouti $3,800
68 
Indonesia $3,900
69 Guyana $4,000
70 Iraq $4,000
71 Morocco $4,000
72 Cape Verde $4,200
73 Paraguay $4,300
74 Sri Lanka $4,400
75 Tonga $4,400
76 Maldives $4,500
77 Bolivia $4,700
78 Vanuatu $4,700
79 Bhutan $4,800
80 Syria $4,900
81 Georgia $5,000
82 Jordan $5,000
83 Nauru $5,000
84 Samoa $5,000
85 Swaziland $5,100
86 Guatemala $5,400
87 Egypt $5,500
88 Namibia $5,500
89 Turkmenistan $5,800
90 China $6,100
91 Albania $6,400
92 El Salvador $6,400
93 Armenia $6,600
94 Bosnia and Herzegovina $6,600
95 Algeria $7,100
96 Ecuador $7,700
97 Jamaica $7,700
98 Ukraine $7,800
99 Tunisia $8,000
100 Palau $8,100


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.  Dilihat dari beberapa definisi, maka kemiskinan merupakan masalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami sesorang atau suatu keluarga.
2.  Kemiskinan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan kondisi fakir miskin tidak mampu:
a.  Memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
b.  Menampilkan peranan sosial.
c.  Mengatasi masalah-masalah sosial psikologis yang dihadapinya.
d.  Mengembangkan potensi diri dan lingkungan.
e.  Mengembangkan faktor produksi sendiri
3.2 Saran
Jika seluruh elemen masyarakat yang dimulai dari elemen paling tinggi seperti presiden, dan para ajudan-ajudannya serta dari elemen yang paling bawah sekalipun seperti rakyat jelata, ikut mendukung dan membantu mengantaskan kemiskinan di Indonesia, maka bukan hal yang tidak mungkin untuk menjadikan negara Indonesia kita menjadi salah satu negara paling kaya di dunia.

1 comments:

Muhd. Rizki Jumhari mengatakan...

thanks sist.. sangat membantu

Posting Komentar